INFO INVESTIGASI, JAKARTA Ketua Mahkamah Pertimbangan (MPP) Partai Rakyat Adil Makmur Mayor Jenderal TNI (Purn) R. Gautama Wiranegara menyayangkan pernyataan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang melarang adanya simpati kepada kelompok milisi Taliban atas perebutan kekuasaan di Afghanistan.
Menurut Gautama, diperlukan kehati-hatian untuk membuat pernyataan yang memojokkan kelompok milisi tersebut. Sebab, hal itu akan kontra produktif dan dapat merugikan kebijakan Indonesia ke depannya.
Apalagi, lanjutnya, saat ini belum ada informasi yang komprehensif mengenai Taliban. Oleh sebab itu, diperlukan kajian mendalam tentang sembilan komponen intelijen strategis.
“Perlu ada kajian mendalam tentang 9 komponen intelstrat mereka melalui penyusunan _Area Study_ yang nantinya dapat dijadikan sebagai BDI (_Basic Descriptive Intelligence_ red.),” kata mantan Sestama BNPT itu dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (6/9).
Sebelumnya, Boy Rafli menyampaikan bahwa pihaknya tidak ingin tindakan yang dilakukan oleh Taliban menjadi sumber inspirasi di Indonesia dan menegaskan bahwa ideologi kekerasan bukan jati diri bangsa Indonesia.
Gautama menyatakan, hubungan non formal antara Indonesia Afghanistan bisa saja dilakukan melalui saluran-saluran di luar pemerintahan. “Bisa diperankan atau dipimpin oleh BIN (badan Intelijen Negara) dengan mendayagunakan potensi-potensi yang ada,” imbuhnya.
Ia juga menyebutkan bahwa fungsi perwakilan pemerintah seperti Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) masih tetap perlu dijalankan dengan berbasis di negara ketiga seperti Pakistan.
“Seyogyanya perlu menempatkan analis intelijen agar dapat menilai situasi politik dan keamanannya,” tambah Gautama.
Gautama menegaskan, Indonesia adalah negara yang sangat menyintai kedamaian dan kemerdekaan. Tapi, Indonesia juga negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (HAM).
“Indonesia yang sangat multi kultural, dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, berpedoman dan bersendikan kepada Pancasila sebagai hasil ijtihad para _founding fathers_ kita,” tutupnya.
( Asep / Wisannggeni )